Pertamina Sebut Audit Terhadap Petral Ungkap Kecurangan

Selasa, 10 November 2015 18:58
TRIBUNJATENG.COM, JAKARTA — Sebuah audit investigatif atas anak perusahaan Pertamina yang menangani perdagangan minyak telah menunjukkan tanda-tanda kecurangna yang jelas, menurut CEO badan usaha milik negara itu hari Senin (9/11), di tengah seruan akan reformasi sektor energi Indonesia.
Pertamina sedang dalam proses membubarkan anak perusahaannya, Petral, yang dicurigai secara luas telah menjadi kendaraan untuk korupsi. Pemerintahan Presiden Joko Widodo berharap pembersihan sektor minyak dan gas Indonesia akan meningkatkan investasi di negara ini menyusul serangkaian skandal.
Audit terhadap Petral, dilakukan oleh spesialis forensik Australia KordaMentha, menunjukkan adanya intervensi pihak-pihak ketiga yang menyebabkan Pertamina membayar harga-harga lebih tinggi untuk impor-impor bahan bakar dan minyak mentah, menurut CEO Dwi Soetjipto kepada wartawan, tanpa menyebut nama negara atau perusahaan.
Audit itu juga menunjukkan bahwa volume yang diperdagangkan telah diatur dulu sebelumnya untuk membatasi persaingan, dan bahwa preferensi telah diberikan kepada perusahaan-perusahaan minyak nasional, menurut Dwi.
"Hal ini memerlukan analisis hukum mengenai langkah-langkah yang harus diambil berikutnya," ujarnya. Audit tersebut, yang mencakup operasi-operasi Petral dari Januari 2012 sampai Mei tahun ini, tidak menunjukkan berapa besar kerugian dalam periode ini, tambahnya.
Pada saat pembubaran Petral diumumkan bulan Mei, para pejabat Petral menyangkal ada kesalahan.
Simson Panjaitan, kepala keuangan dan urusan umum di Petral, mengatakan hari Senin ia tidak dapat berkomentar mengenai penemuan dalam audit tersebut karena ia belum melihat laporannya.
"Kami seharusnya mendapatkan perlakuan adil. Kita lihat saja apakah yang telah dilaporkan di media ini benar. Banyak pegawai di sini yang akan menderita karena tuduhan ini jika tidak ada bukti atau tindak lanjutnya," ujarnya kepada Reuters.
Simson mengatakan jika ada tanda-tanda korupsi yang jelas, bukti dari KordaMentha seharusnya diserahkan kepada Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Ia mengatakan saat ini Petral memiliki 45 pegawai, termasuk 12 atau 13 dari Pertamina.
Direktur keuangan Pertamina Arief Budiman mengatakan Pertamina terus mencairkan aset-aset Petral yang mencapai US$483 juta dan memverifikasi klaim-klaim pembayaran sebesar $46,6 juta, sebagian besar dari anak perusahaan yang berbasis di Singapura, Pertamina Energy Services.
Klaim-klaim itu terkait dengan biaya untuk penambahan waktu muatan (demurrage), pengapalan dan layanan perdagangan lainnya, ujar Arief, menambahkan bahwa proses pembubaran Petral mungkin akan melebihi target penyelesaian pada April 2016. (sumber: VOA)