Opini - Bupati Pilihan Rakyat!



Selamat Datang Bupati Pilihan Rakyat!
Penulis Drs Ec Agung Budi Rustanto – Pimpinan Redaksi tabloid INFOKU – diolah dari 7 sumber berbeda)

PERTAMA-TAMA saya ucapkan selamat atas terpilihnya bapak Djoko Nugroho dan Arief Rohman sebagai Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Blora periode 2016 s/d 2021.
Terpilihnya kembali Djoko Nugroho atau lebih akrab dipanggil Kokok sebagai calon incumbent di Kabupaten Kepulauan Blora semakin menambah daftar panjang atas hasil survei yang pernah di lakukan sejak pertama kali pelaksanaan Pilkada digulirkan tahun 2005 hingga kini sudah ratusan bahkan ribuan pelaksanaan Pilkada di selenggarakan di berbagai daerah di Indonesia selalu di dominasi oleh kemenangan calon incumbent.
Besarnya ruang, peluang dan potensi calon incumbent kembali terpilih sejatinya tidaklah mengejutkan banyak kalangan karena pelaksanaan pilkada di berbagai daerah di Indonesia telah membuktikan hal itu.
Bahkan jauh-jauh sebelum pilkada berlangsung di Kabupaten Blora, masyarakat umum sudah membuat kalkulasi politik dan sudah ada yang berani memastikan bahwa Kokok sebagai calon incumbent akan berpeluang besar keluar sebagai pemenang: Pertama, karena akses ekonomis, kedua, akses sosial-kemasyarakatan dan ke-tiga, akses politik yang dimiliki.
Saya setuju sekali, karena politik adalah ''art possible'': Seni kemungkinan.
Artinya sesuatu yang tidak mungkin bisa saja menjadi mungkin atau sebaliknya sesuatu yang mungkin dapat pula menjadi tidak mungkin. Atau mungkin kekalahan calon incumbent Fauzi Bowo dari Jokowi di Jakarta disodorkan sebagai contoh dalam hal ini.
Ini penting sebagai motivasi menurut saya, namun yang tak kalah pentingnya adalah sebagai calon pendatang baru yang berhadapan dengan calon incumbent, sudah selayaknya melakukan kerja ekstra, umpamanya dengan melakukan pemetaan liketabilitas dan elektabilitas sang calon.
Hasil survei beberapa daerah yang di-release dan kerap didominasi kemenangan calon incumbent : Hingga akhir Desember 2006 saja paling tidak tercatat sebanyak 62,2 persen kepala daerah incumbent yang maju dalam pesta demokrasi pilkada berhasil keluar sebagai pemenang.
Bahkan survei yang pernah dilakukan oleh LSI (2007) dari 230 kepala daerah incumbent yang maju kembali sebagai calon kepala daerah, sebanyak 143 orang (62,17 persen) menang dan terpilih kembali sebagai kepala daerah dengan sisa hanya persentase kecil sekitar 87 orang (37,83 persen) menuai kekalahan dan catatan ini harusnya ''di lawan'' dan dimentahkan dengan data hasil survei yang dilakukan sendiri yang dalam hal ini mungkin bisa saja dengan melibatkan jasa konsultan politik.
Karena dari data hasil survei itu peta politik bisa diketahui: Selain faktor elektabilitas, juga bisa diketahui karakteristik masyarakat dan klasifikasi serta segmentasi masyarakat pemilih.
Dari sinilah rancangan strategi menutupi kekurangan dan rancangan strategi kemenangan bisa di buat. Bahkan dari data hasil survei juga bisa diketahui peta masyarakat yang memilih atas dasar pertimbangan uang, pertimbangan visi-misi, program kerja sehingga segala sesuatunya bisa di deteksi sedini mungkin oleh sang calon.
Sudahlah, namun yang sudah jelas pasti masyarakat Kabupaten Blora telah kembali memilih Djoko Nugroho yang saat ini berpasangan dengan Arief Rohman untuk memimpin Blora lima tahun kedepan.
Dengan demikian, usai sudah perhelatan demokrasi melalui pentas Pilkada Kabupaten Blora sebagai bagian dari upaya mendemokratisasikan kehidupan politik pada tingkat lokal yang dilaksanakan serentak secara nasional 09 Desember 2015 lalu.
Tentu saja persoalan kalah-menang dalam konteks ini sudah tidak relevan lagi untuk di perbincangkan apa lagi di perdebatkan.
Mungkin atas dasar itu pula dilantikanya Bupati Djoko Nugroho oleh Gubenur Jateng Ganjar Pranowo  Rabu (17/2), akan menunjukkan dengan jelas bahwa serangkaian ide-gagasan, konsep pemikiran yang terpapar dalam visi-misi dan program kerja yang ditawarkan selama kampanye berlangsung akan dapat terimplementasi dengan baik.
Dalam konteks ini, tentu saja dengan tidak mengabaikan intensitas pengawasan secara objektif-konstruktif-solutif terhadap pemerintahan pasca pelaksanaan Pilkada agar roda pemerintahan dapat berjalan efektif.
Sehingga janji politik yang di tawarkan selama kampanye berlangsung dapat terealisasi dengan baik dan bukan pengawasan yang bersifat subjektif-destruktif, apriori hingga fitnah, bukan pula pengawasan yang pragmatisme : Bergantung pada asas manfaat atas sesuatu yang dianggap benar, bila mendatangkan keuntungan diri pribadi.
Dalam kerangka inilah pengawasan dilakukan agar pelaksanaan pesta demokrasi Pilkada yang sejatinya berorientasi bagi kesejahteraan rakyat dan kemajuan daerah karena kepala daerah terpilih mendapat legitimasi penuh dari rakyat, sebagai pemegang kedaulatan tertinggi dalam demokrasi, tidak terpeleset menjadi pesta festival tanpa makna.
Sekadar rute hanya untuk mendapatkan legitimasi rakyat dan menjadi sekadar ''ritual dan mekanis'' kegiatan rutin-periodik lima tahunan. Memang dari perspektif filsafat Lockian menyatakan, bahwa pada dasarnya manusia itu baik, sehingga semua orang harus dilihat sebagai subyek yang baik, berpikir dan berperilaku positif.
Namun prinsip demokrasi memang mensyaratkan peran serta rakyat secara aktif-artikulatif, bukan saja sekadar hanya berperan memanfaatkan hak pilih melalui partisipasi di bilik suara saat Pilkada berlangsung, tapi juga melakukan perluasan partisipasi rakyat dan pengawasan terhadap kekuasaan terpilih yang merupakan syarat mutlak utama dalam demokrasi.
Selamat Datang Bupati Pilihan Rakyat,!###